Dokter Australia telah mengeluarkan peringatan akan bahaya merokok dari shisha, menghilangkan mitos bahwa alat ini lebih aman daripada rokok biasa.
Penelitian yang dipublikasikan dalam ‘Jurnal Medis Australia’ fokus pada kasus seorang perempuan berusia 20-an tahun yang secara rutin menggunakan shisha, dan kemudian dilarikan ke rumah sakit karena keracunan karbon monoksida.
Ahli jantung memperingatkan, lebih banyak orang bisa membuat diri mereka rentan terkena masalah kesehatan jangka panjang dengan menggunakan shisha atau rokok pipa ini.
Dr Louis Wang, dari Institut Penelitian Jantung Victor Chang dan Rumah Sakit St Vincent di Sydney, mengatakan, satu sesi merokok shisha selama satu jam sama dengan menghirup asap 50 hingga 100 batang rokok.
"Semua konsekuensi jangka panjang dari merokok juga ada dalam dampak negatif dari menghisap shisha - penyakit paru-paru, kanker, penyakit kardiovaskular. Tapi resiko tambahan dari merokok shisha adalah kenyataan bahwa ada banyak karbon monoksida dalam ruangan itu," jelasnya.
Penelitian Dr Louis adalah studi pertama di Australia yang mengemukakan hubungan antara keracunan karbon monoksida dengan desain shisha.
Pipa-pipa bekerja dengan menggunakan arang untuk memanaskan bahan di atas perangkat, yang berjalan melalui pipa ke dalam ruang air, sebelum akhirnya dihisap.
Dr Louis mengatakan, proses ini menghasilkan lebih banyak karbon monoksida daripada rokok.
"Ruang dalam shisha relatif terpencil, relatif terhadap lingkungan eksternalnya, relatif terhadap perokok yang merokok di udara terbuka," katanya.
Ia menyebut, karbon monoksida diproduksi ketika ada kurangnya konsentrasi oksigen dalam ruang pembakaran.
Korban keracunan karbon monoksida terlihat lesu dan pusing
Penelitian ini dilakukan ketika penghisap rutin shisha yang berusia 20 tahun dilarikan ke rumah sakit akibat menderita keracunan karbon monoksida.
"Ia sangat lesu, mengantuk, terlihat sangat pusing. Selama pemeriksaan dan pemantauan di rumah sakit, ia mengalami perubahan EKG yang mendalam, yang konsisten dengan seseorang yang tidak memiliki pasokan oksigen cukup untuk jantungnya," jelas Dr. Louis.
Sementara sang korban menjalani pemulihan penuh, keracunan karbon monoksida bisa menyebabkan kerusakan jantung permanen dan konsekuensi kesehatan mental jangka panjang.
Profesor Farmasi Klinis dari Universitas New South Wales, Ric Day mengatakan, kasus perempuan ini tidak terisolasi.
"Paparan karbon monoksida dari shisha jauh lebih besar ketimbang dari merokok. Hal ini terkait dengan jumlah asap yang harus Anda hirup untuk mendapatkan jumlah nikotin yang setara melalui shisha,” ungkapnya.
Sikap pengusaha restoran
Peringatan itu datang ketika Departemen Kesehatan di New South Wales akan memberlakukan larangan merokok- termasuk menghisap shisha- di area makan luar ruangan mulai bulan Juli nanti.
Manajer restoran di Paramatta, Talal Alamein, telah melarang shisha di teras luar ruangan, yang dulunya menarik kerumunan perokok.
Ia mengaku, bisnisnya, Restoran Sahra, telah terkena dampaknya, tetapi menyebut hal itu adalah harga yang bersedia ia bayar.
"Saya memutuskan untuk tidak menjadi munafik. Saya menyarankan anak-anak saya untuk tidak merokok [dan] saya punya cucu,” tuturnya.
Talal lantas menyambung, "Suata malam ketika kami penuh dipesan, ada satu perempuan yang datang, dan ia mengatakan, 'Saya tak tahu aku akan terkena itu’. Kini, saya ... lebih bahagia karena itu akan menjadi hukum."