PT Badak NGL, perusahaan penghasil gas alam cair (LNG) menyatakan telah mengalami penurunan produksi secara drastis. Dalam kecemasan itu, perseroan mempunyai harapan untuk tetap eksis dan tidak bernasib sama seperti kilang LNG di Arun, Aceh.
Senior Manager Corporate Communication Badak NGL, Feri Sulistyo Nugroho mengungkapkan, perseroan pernah mengecap masa kejayaan dengan produksi melimpah pada 2001 sebesar 21,38 juta ton gas alam cair.
Namun, sambungnya, produksi kian melorot hingga mencapai 16,48 juta ton pada akhir 2010. Sayang perusahaan tersebut belum merilis data realisasi produksi LNG sepanjang Januari-Juni 2015.
"Produksi LNG dan elpiji yang dihasilkan kami pelan-pelan mengalami penurunan. Itu karena pasokan gas dari beberapa perusahaan merosot," ucap Feri saat berbincang dengan wartawan di lokasi kilang LNG Badak NGL, Bontang, Kalimantan Timur, Rabu (1/6/2015).
Saat ini, kata dia, pasokan gas terbesar atau 81 persen berasal dari PT Total E&P Indonesie. Perusahaan migas ini memiliki porsi kepemilikan saham di Badak NGL sebesar 10 persen. Mayoritas dikuasai PT Pertamina (Persero) 55 persen, Vico Indonesia 20 persen dan Jilco 15 persen.
"Pasokan turun, produksi LNG ikut turun. Itu alamiah, tapi kami tidak ingin tutup atau berakhir seperti kilang LNG di Arun yang beralih menjadi terminal regasifikasi," harapnya.
Feri mengakui bahwa seluruh karyawan Badak tengah berusaha keras untuk menjaga eksistensi perseroan. Pasalnya, Badak NGL merupakan urat nadi dari Bontang karena selama ini menyumbang 80 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bontang.
"Kalau Badak tutup, bagaimana nasib lebih dari 900 pegawai dan masyarakat yang sudah kami bina dalam program community development. Walaupun suatu saat pasti tutup karena sumber daya alam pasti habis, tapi kami harus tetap ada. Maka dari itu, harus kreatif supaya bisa eksis," jelasnya.
Dikatakan Feri, perseroan sangat berharap pada Pertamina untuk menggenjot produksi gas alam paska menduduki dan menjadi operator di Blok Mahakam.
Di samping itu, lanjutnya, Badak NGL memberi pelatihan kepada masyarakat Bontang dalam program community development. Masyarakat di sekitar wilayah kerja operasi diberikan keterampilan, seperti peternakan sapi, budidaya perikanan, kerajinan batik, pemberdayaan lingkungan dan lainnya.
"Kami berpikir beyond LNG ke depannya, tidak harus LNG. Minyak bisa, buat truk pemadam kebakaran mampu. Jadi kami bisa kembangkan bentuk industri lainnya," tutur Feri.
-- Liputan6 --