-->

Minggu, 10 Januari 2016

Erau Pelas Benua Kutai - Guntung Bontang utara

Erau Pelas Benua Kutai - Guntung Bontang utara
Budaya yang berkembang di Guntung lahir dari kalangan keluarga Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura di Tenggarong, Budaya ini tumbuh dan berkembang dari budaya tradisional yang banyak dipengaruhi kebudayaan Hindu, yang kemudian berakulturasi dengan masuknya agama Islam. Ritual ini, dijadikan pula sebagai ungkapan rasa sukur pada pencipta, atas hasil alam yang berlimpah. Untuk itu kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat selesai panen.


Kata Erau berasal dari kata Eroh yang hadir pada saat masuknya Hindu, yang dapat ditafsirkan dalam arti “ramai dan penuh suka cita”. Sedangkan Pelas berarti membersihkan wilayah mereka dari unsur-unsur negatif. Secara filosofi kedua kata ini dapat dikonotasikan sebagai, pembersihan yang penuh suka cita. Yang kemudian direalisasikan dengan penyembelihan binatang dan darah yang mengalir dipercikan ke permukaan bumi, sebagai tanda syukur atas rejeki yang diberikan oleh Maha Pencipta, dan masyarakat dapat dibersihkan dari perbuatan yang negatife.

Dari pengertian diatas, Anda pasti sudah membayangkan bagaimana proses ini berlangsung. Apalagi dengan rangkaian ritual yang akan dihelatkan, Anda akan merasakan sakralnya hembusan napas budaya yang telah menjadi suatu kegiatan supernatural. Untuk itu, melewatkan satu rangkaian kegiatan saja, akan membuat Anda seakan melewati rangkaian kegiatan secara utuh. Karena setiap kegiatan mempunyai korelasi penting untuk kegiatan selanjutnya. Kegiatan ritual ini terdiri dari :

Menjamu Benua : Upacara ritual sebelum diadakan upacara erau berbentuk permohonan kepada mahluk penunggu benua agar upacara berjalan dengan lancar.
Tempong Tawar : ucapan selamat datang agar para peserta upacara terhindar dari segala marabahaya.
Beluluh Sultan : Upacara keraton Kutai karta negara: dimaknai sebagai pembersihan diri.
Mendirikan Rondong Ayu : Simbolik menegakan jiwa dan tanda dimulainya erau.
Belian/ngenjong: Pemberitahuan kepada pengguru khayangan bahwa dibumi akan diadakan pelas benua.
Bepelas : Persembahan kurban sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rejeki yang diberikan
Seluang Mudik : Tari bersama / tari persaudaraan sebagai bentuk suka cita antara penghulu kampung/pejabat dengan rakyatnya, yang biasa dilakukan pada puncak acara erau.
Belimbur : Simbol pemersatu untuk melepas segala beban hidup lama untuk kembali menjadi jiwa yang bersih.

Ritual yang berdurasi satu minggu penuh pada pertengahan bulan September dilaksanakan setiap tahunnya,oleh masyarakat adat “Odah Etam Kutai Guntung”. Dan disupport langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bontang, yang mejadikan Erau Pelas Benua Kutai Guntung sebagai warisan budaya dunia yang harus menjadi identitas budaya masyarakat dan harus terus dilestarikan.

Selain ritual Tersebut, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan berbagai lomba kesenian dan kebudayaan yang terbuka untuk umum, dalam dan luar kota. Untuk itu, sangat disayangkan jika Anda melewatkan kegiatan yang sudah ada berabad yang lalu.

Menariknya lagi, diakhir upacara, mobil pemadam akan menyiram Anda yang menandakan kebahagiaan dan Suka Cita masyarakat. Untuk itu sayang untuk dilewatkan, bagi Anda yang mencintai Indonesia dengan kergaman budayanya.

Setiap tahun kegiatan ini dihadiri sekitar 3000 orang, dan terus meninggkat, seiring rasa penasaran akan keindahaan Kota Bontang dan Budaya yang melekat di Masyarakatnya, dan kini beberapa touris manca Negara telah melirik dan bersiap untuk mengikuti perhelatan ini. Dan pastinya mereka yang baru menyaksikan ritual ini akan terpukau, dan bisa jadi akan kembali lagi setiap tahunya, untuk bersukur dan membersihkan diri, sesuai filosofi kegiatan ini.

Untuk Menuju Perkampungan Guntung, Anda yang dari luar kota dan tiba di Kota Bontang, melalu jalur darat, dan berada di terminal bus Malvinas Km 6 ataupun melalui udara, dan berada di Bandar Udara Bontang, Anda dapat langsung mencari Angkutan umum (Angkot dan Ojek) disekitar Anda, dan bertanya pada warga Bontang yang terkenal ramah, untuk menuju perkampungan Guntung. Dijamin Anda tidak akan kesasar. Untuk tarifnya sendiri, Anda hanya akan mengeluarkan uang sekitar Rp 10.000-Rp20.000/Orang.






Previous
Next Post »