Perkembangan media sosial dewasa ini mampu memperluas peluang-peluang bisnis. Satu di antaranya usaha foto makanan untuk kegiatan promosi atau kerap disebut food photography. Bisnis ini kian populer seiring tren yang kini berkembang di kalangan anak-anak muda yang kerap mengunduh makanan di akun Instagram mereka. Lama kelamaan fenomena ini menjadi celah bisnis yang potensial jika digarap serius.
William Prasetya Hondokusumo, fotografer makanan alias food photographer asal Surabaya, mengatakan, teknik food photography dibutuhkan dalam bisnis terutama sektor kuliner untuk mendongkrak bisnis. Sebab, ini akan membuat makanan menjadi lebih menarik dengan menggunakan teknik memotret yang benar.
Dengan adanya Instagram, saat ini dia bisa lebih mudah mempromosikan jasa ini kepada klien.
Dia bilang, sejumlah pelaku usaha kuliner membutuhkan jasa ini untuk keperluan promosi misalnya di situs resmi, baliho, ataupun di produk-produk promosi lainnya. Untuk bisa menekuni bisnis ini sebagai profesi, William mengikuti kursus singkat di Jakarta dan Singapura. "Kita mempelajari bagaimana menonjolkan dimensi makanan yang bisa menggugah selera," ujar dia.
Saat ini William menjadi kontributor untuk agensi foto khusus makanan di stockfood.com dan majalah kuliner Red Magz. Dia juga kerap menerima proyek penggarapan foto untuk promosi menu beberapa restoran dan kafe. Sejumlah hasil karyanya dia pamerkan di akun Instagram @enoq_foodphotography.
Fotografer makanan lainnya, Bretya Pati Anoraga asal Surabaya lainnya, mulai menjalankan profesi ini di tahun 2012. Dia mendapatkan banyak proyek kerjasama untuk foto makanan dari berbagai restoran.
Pria yang akrab disapa Aan memasang tarif jasa mulai dari Rp 3,75 juta hingga Rp 5,25 juta per proyek. Tarif tersebut belum termasuk tambahan pengeluaran berupa transportasi dan akomodasi yang diperlukan bila proyek di luar daerahnya di Surabaya.
Dalam sebulan, pemilik akun Instagram @takeafood_foodphotography ini mengaku bisa mendapatkan empat klien sampai lima klien dengan rata-rata omzet yang didapat hingga Rp 20 juta per bulan.
Sementara William membanderol jasanya sekitar Rp 1 juta per proyek. Dalam sebulan, William mengaku bisa meraup omzet sekitar Rp 5 juta.
Aan mengatakan, menjadi food photographer membutuhkan fokus dan kecepatan dalam mengabadikan potret makanan dengan keterbatasan waktu untuk menangkap keindahan makanan tersebut.
Biasanya Aan membutuhkan waktu sekitar enam sampai delapan jam untuk menyelesaikan satu sesi pemotretan makanan. Dia bilang, membaca angle dan mampu mengombinasikan berbagai aksen pada makanan adalah kunci sukses dalam membuat foto makanan yang memuaskan.