Yp yang merupakan salah-satu PSK yang diamankan tampak kebingungan malam itu saat dijaring di sebuah tempat prostitusi ilegal di Jalan Gunung Lawu, Mumbul, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (14/5/2015).
Sesekali ia menutupi wajahnya menggunakan rambutnya yang panjang.
Kepada Tribun Bali, perempuan berusia 26 tahun ini mengaku terpaksa menjalani pekerjaan sebagai penjaja cinta.
Dorongan ekonomi membuatnya nekat merantau ke Bali empat bulan yang lalu dari Jawa Barat.
"Saya anak pertama. Punya tanggungan dua adik yang masih bersekolah," ujar Yp saat ditemui di aula Polresta Denpasar, Jumat (15/5/2015) dini hari.
Sebelum menjadi PSK, Yp sempat bekerja di sebuah toko.Namun karena upah yang diterima tak cukup untuk membiayai hidup diri dan kedua adiknya, Yp kemudian terjun ke dunia prostitusi dengan menawarkan diri kepada pria berhidung belang.
"Tanggungan masih banyak. Tetapi pemasukan tidak banyak. Saya pilih ke sini," kata dia.Ia mengatakan, pekerjaan sebagai penjaja cinta tak semudah yang dibayangkan.
Menurutnya, ada fase ketika ia merasa jenuh menekuni pekerjaannya itu.
Tidak setiap hari selalu ramai lelaki yang meminta jasa bercinta Yp.
"Kalau sepi, saya lebih memilih tidur," katanya.
Yp mengaku tak tahu kapan berhenti sebagai PSK.
Yang jelas, saat ini ia masih merasa terbebani tanggungan ekonomi karena posisinya sebagai tulang punggung keluarga dan juga terlilit utang.
"Selama masih punya tanggungan, saya akan kembali lagi, meski nanti ditangkap lagi," ucap dia.Rekan Yp, yakni IW (22), mengatakan bahwa dirinya baru 2 bulan bekerja di lokalisasi tersebut.
Sebelum bekerja di lokalisasi, IW mengaku pernah mengenyam pendidikan di sebuah universitas ternama di kota Yogyakarta.
Sebagaimana Yp, kedatangan IW ke Bali didorong oleh kebutuhan ekonomi.
"Baru kuliah dua tahun, saya keluar. Soalnya biaya hidup meningkat dan orangtua tak sanggup lagi membiayai kuliah. Kemudian saya berangkat ke Bali," kata IW.
Ia mengatakan, kedatangannya ke Bali ini karena ajakan seorang teman.
Kata dia, temannya menawarkan untuk bekerja di sebuah kafe.
Namun sesampai di Bali, IW ternyata dimasukkan ke lokalisasi prostitusi.
"Kalau sudah punya uang cukup, rencananya saya mau pulang ke kampung. Sekalian biar bisa kelihatan orangtua bahwa saya pergi jauh tapi membawa hasilnya," katanya
Pelajar Bertarif Rp 2 Juta
Fenomena bisnis prostitusi di Indonesia rupanya melibatkan baik kalangan artis papan atas, mahasiswa hingga pelajar.
Di Mamuju Sulawesi Barat misalnya, sorang mucikari berinisial DS ditangkap polisi karena kedapatan sedang menawarkan pekerja seks komersial, kepada seorang pelanggannya.
Ironisnya, korban yang dijajakan adalah anak di bawah umur dan berstatus pelajar salah satu sekolah ternama di Mamuju.
Kepala Bagian Operasi Satuan Reserse dan Kriminal Mamuju Inspektur Satu Jamaluddin mengatakan, DS ditangkap setelah bertransaksi dengan seorang polisi yang menyamar sebagai pelanggan.
Bersama DS, polisi sempat mengamankan RC (17). Tetapi RC kemudian dilepas setelah memberikan keterangan sebagai saksi.
Di hadapan penyidik, DS mengaku mematok harga untuk sekali kencan sebesar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.