PT Pertamina (Persero) menyatakan sedang mempertimbangkan kembali rencana untuk membangun kilang bahan bakar minyak (BBM). Salah satu alasannya karena perusahaan ini masih harus menanggung kerugian dari penjualan BBM.
Laporan kinerja keuangan Pertamina hingga semester I tahun ini memang masih membukukan laba bersih sebesar US$ 570 juta atau sekitar Rp 7,5 triliun (untuk kurs Rp 13.000 per dolar). Namun, angka ini lebih rendah 50 persen jika dibandingkan dengan perolehan laba pada periode yang sama tahun lalu, yang mencapai US$ 1,13 miliar atau sekitar Rp 13,5 triliun.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan salah satu yang membuat menurunnya perolehan laba ini adalah kerugian dari bisnis hilir. Sejak April hingga Juli tahun ini, Pertamina mengaku mengalami kerugian hingga Rp 12,7 triliun dari penjualan BBM.
Menurut dia, formulasi harga BBM yang ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan harga keekonomiannya. Masalahnya, pemerintah sudah tidak lagi memberikan subsidi untuk BBM jenis Premium, sehingga Pertamina harus menanggung selisih harga tersebut hingga Rp 1.000 per liter.
Harga keekonomian Premium seharusnya mencapai Rp 8.300 per liter. Namun pemerintah menetapkan harganya sebesar Rp 7.400 per liter. Harga ini tidak berubah sejak April hingga saat ini.
Untuk mengimbangi neraca keuangan Pertamina harus menggencarkan efisiensi. “Kami melakukan efisiensi dengan breakthrough project sebagai tumpuan memperoleh laba," ujar Dwi di Jakarta (5/8).
Kondisi seperti ini membuat Pertamina ragu untuk membangun kilang. Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengakatan saat pihaknya sangat sulit memutuskan apakah akan melanjutkan rencana pembangunan kilang atau tidak.
Di satu sisi pemerintah memaksa Pertamina untuk membangun kilang. Padahal, kinerja keuangan Pertamina sedang kurang baik. Bahkan pemerintah saat ini sedang menyusun aturan penunjukan langsung kepada Pertamina untuk membangun kilang.
Di sisi lain Pertamina juga dipaksa untuk menanggung rugi dengan menjual produk hasil kilang di bawah harga keekonomian. “Kalau kami disuruh rugi seperti ini, bagaimana bisa bangun kilang,” ujar Bambang.
Pertamina berharap pemerintah bisa memberikan solusi atas hal ini. Usulannya adalah pemerintah menetapkan harga BBM berdasarkan harga keekonomian. Kemudian memberikan kebijakan lain yang mendukung Pertamina mendapatkan kas dana yang besar untuk membangun kilang.
Salah satu yang diharapkan Pertamina sebagai imbalan untuk menutup kerugian ini adalah mengurangi atau menangguhkan setoran dividen ke pemerintah. Hal ini sudah diusulkan oleh Pertamina ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Baca Juga : Tender Proyek Kilang Bontang Terancam Molor
Via : Kata Data